Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Minggu, 22 Januari 2017

PENULIS CERPEN HARUS MENEMUKAN PELATUK BATINNYA, UNTUK...

Ibarat sebuah senjata api yang telah berisi peluru tinggal menarik pelatuk saja, ia segera akan menyalak. Budi Dharma mengibaratkan begitu, seorang penulis akan mulai menulis apabila ia menemukan pelatuk batinnya. Demikian pula halnya apabila suatu saat yang tidak disangka-sangka seorang pembantu berkata kepada majikannya: "Nya, boleh saya mengadakan pesta ulang tahun saya minggu depan di rumah?"

PERTANYAAN dan harapan pembantu rumah tangga itu seperti tidak biasa. Keinginannya terasa aneh, karena selama ini pembantu rumah tangga dunianya hanyalah bekerja dan bekerja. Sejak bangun subuh ia telah mulai bekerja dan baru berhenti ketika rumah sudah senyap dari kegiatan sehari hari, di malam hari. Tapi, anehkah jika seorang wanita muda,sebagai pembantu rumah tangga punya keinginan seperti remaja-remaja gedongan? Bukankah keinginan itu manusiawi sekalian akan tetapi, ia merupakan pemicu yang baik untuk memulai menarik pelatuk pesawat menulis cerpen.

Pelatuk itu ternyata telah dipicu oleh Putu Wijaya hingga menghasilkan sebuah cerpen yang amat menarik dan mengharukan, sekaligus menggelikan. Cerpen itu berjudul Roh yang terhimpun dalam buku kumpulan cerpen Putu Wijaya, Gres. Cerpen itu terasa begitu unik, tapi sebagai pembaca akan terkesan dibuatnya karena dialog-dialog, ti ng kah laku Roh yang menjadi tokoh utama, betul-betul cocok dengan karakter wanita muda pembantu rumah tangga secara umum di mana saja di Indonesia ini.

Hal ini menunjukkan bahwa deskripsi Putu Wijaya tentang tokoh begitu,sempurna terungkap karena rekamannya terhadap obyek selama ini amat bagus. Rekaman itu dikeluarkan kembali saat menuliskannya menjadi sebuah cerpen dengan alat yang bernama imajinasi.  Akan lain halnya deskripsi Putu tentang wanita pembantu rumah tangga di Amerika atau di salah satu negara Eropa yang makmur. Paling tidak, terdapat perbedaan hubungan kerja antara pembantu rumah tangga dengan majikan. Di Indonesia, hubungan antara pembantu dan majikan terhadap jurang sosial ekonomi yang menganga cukup dalam. Sementara di barat tidak, hubungan pekerja dan majikan sangat jelas diatur oleh undang undang dan dijalankan secAra konsekuen oleh setiap warganegara.

Pelatuk sebenarnya adalah momen-momen puncak inspirasi menulis disebabkan oleh suatu sebab. Sekecil apa pun sebab itu, tetapi mampu membuat,seseorang pengarang  yang telah terbiasa mengasuh imajinasi untuk menulis.

Dicatat ulang oleh Rudi Rendra dari buku Kiat Menulis Cerpen yang ditulis oleh : Harris Effendi Thahar, hal: 26-28

0 komentar:

Posting Komentar