Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Sabtu, 21 Januari 2017

DIRIMU


Dirimu adalah bintang yang hanya terbit di langit kota ini, setiap mata selalu rindu untuk kembali menatapmu, perasaan yang membuat para perantau kembali, hanya untuk melihatmu. Sedangkan diriku tak lebih hanya bangunan tua, yang terdaftar akan dirobohkan pemerintah kota, yang telah sangat bersemangat menyusun rancang tata kota. Sepanjang sadar aku menatap langit, tapi yang kulihat hanya kusam langit-langit.
  Dirimu terkadang menjelma rembulan, menyepuh setiap permukaan laut, sedangkan aku setakat genangan air di lubang jalanan, yang sekejap lagi dilindas roda-roda kesibukan. Mongering lalu berdebu, namun sebelum itu terjadi aku akan sempatkan untuk mencuri pandang: memantulkan keindahanmu pada keruh airku, setelah itu rela aku rela, kering tak bersisa.
Dirimu sering pula menjadi benang-benang hujan terbentang panjang dari langit, menyulam sejuk kerinduan disetiap kulit hati, sedangkan aku tak lebih setakat sumur kerontang yang tak mampu ditimba manusia tanpa basah  kau setabahi.
Tatkala malam seolah disiram dari langit, dan engkau begitu mudahnya berubah menjadi kantuk yang menggoda setiap mata mengatup mengalah dari lelah menatap kenyataan, maka tiadalah aku selain kematian, akan benar-benar mati tanpa kau tumbuhi dengan mimpi-mimpi dengan bunga-bunga tidur yang indah semerbak subur.
Pandanglah aku untuk tetap ada walau sebentar lagi akan dirobohkan, tergusur dari ingatan, menjadi cacat catat kenangan. Sentuhlah aku walau sekilas, agar aku tetap ikhlas menjaga kemewahan genang comberan. Untuk tetap bermata air, buatlah aku terus berair mata, agar para tersesat mampu menghapus haus. Untuk tetap hidup, buatlah aku terus bermimpi, kendati harus kulalui, setiap terjal konsekuensi, mencintai dirimu menanggalkan usiaku satu persatu, melupakanmu pula menutubhkan seluruh luruh ingatakanku:
Dirimu: tak kan terbit, tak kan ngalir, tak kan hadir, di tempat lain, selain kota ini. Sekotak (mungkin) kutukan: ingin memilikimu.

0 komentar:

Posting Komentar