Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Sabtu, 21 Januari 2017

MEMBELI JAS DI KEDAI MIMPI




mimpi semalam adalah ketanyaan hari ini



 Ketika semua toko pakaian telah lelap, hanya da satu kedai yang terang-benderang menyala. Aku yang kedinginan tergoda untuk meghangatkan diri, kudengar kata hati took itu mmiliki AC yang menghangatkan hampir menyamai pelukan seorang ibu, ah apa  benar begitu, aku penasaran

Memang benar ternyata di dalamnya menghangatkan, kau bisa memilih kehangatan yang mana yang mau kau kenakan, aku tergoda untuk merasakan kehangatan seorang wanita yang fotonya kubingkai besar  di dalam kamar mandi, “Nani kah namanya?” ia, asal tak kau tambahkan oh di depannya. Aku aku memberi isyarat itu padamu.
Aku membetulkan letak niat di dalam hati, niat semula ingin membeli satu setel jas, barangkali sebagai hadiah buat tubuh ini yang telah sabar menahan sepi sendiri.
Seorang penjaga berwajah gadis korea menawarkannya
“Tuan mau jas yang mana?, kalau yang warna senja ini bisa menyembunyikan keriput usia, sedangkan yang warna biru laut ini, bisa membuat anda tampak lebih berwibawa, kalau yang warna malam itu yang paling istimewa dijahit langsung oleh air mata pemilik rumah yang rubuh semalam, hebat bukan, oh tidak hanya itu tuan, banyak saku juga lho di dalamnya, anda bisa menyimpan banyak kebohongan,”
“Aku pilih yang warna bening air mata,”
“Hemmm, maaf tuan itu belum selesai dijahit, belum sempurna kami kerjakan, jika ingin menunggu akan kami selesaikan segera,”
“Berapa lama,”
“Kami berikan yang terbaik, bagaimana kalau satu jam?”
“Ok, baiklah,”
Aku menunggu jas mimpi itu menyatukan kain demi kain berwarna bening air mata, aku kian tak sabar dibuatnya.
“Ini tuan sudah selesai,”
Aku pakai jas itu, dan rasanya pas sekali, langsung ingin kubayar, kurogoh saku celana, saku kemeja, semua saku, nihil! Alamak!, celaka! Aku meninggalkan dompetku di bawah bantal,
“Apa anda meninggalkan dompet anda tuan?”
Sepertinya penjaga kedai itu pandai membaca gesture cemasku.
“Baiklah tuan, dari pada tuan kembali dan menghancurkan kedai mimpi, tidak mengapa, kalau jas itu tuan bawa dulu, besok malam tuan datang lagi untuk melunasi,”
“Apa kau yakin?”
“Tampaknya tuan orang yang jujur, jadi kami yakin, jujur sudah berani menutupi bugil dengan jasa jas hujan bening dari kami,”
Ha! Aku menatap deretan cermin yang banyak terpasang di dinding kedai, benar saja! Celana juga kemeja yang kukenakan berwarna bening, menampakkan seluruh auratku, segalanya padahal bugil hanya boleh ditampakkan pada dua tujuan saja, betapa nista. Mau tak mau segera kusambar jas itu hingga menutupi tubuh dan separuh kakiku.
“Oh begitu, baiklah semoga kedai mimpi ini tidak pindah alamat, supaya aku bisa kembali besok untuk melunasi,” pipiku sepertinya menebal, rasanya ingin jadi kura-kura.
*** 
Ember biru di tengah kamar menampung tetes-tetesan air hujan yang merembes dari pelapon rumah, aku terbangun, tak kusangka begitu cepat ember itu meluapkan isi membasahi mimpiku yang kering, hingga kau terbangun dan tersadar jas itu tertinggal di kedai mimpi, betapa sesal aku meninggalkannya di sana. Apakah aku pulang dalam keadaan  menelan telanjang hingga ke alam sadar?, oh apakah besok kedai mimpi belum digusur penguasa yang telah mengeluarkan perda di larang bermimpi? 



 MIMPI SEMALAM ADALAH KETANYAAN HARI INI





0 komentar:

Posting Komentar