SEPOTONG SENJA DALAM PELUK INGATAN
Senja menyapa kita dalam hening ma'tsur doa.
Cahaya jingga kuning magrib
merasuk dalam bola mata
Bayangan kita memanjang
menyentuh pancang-pancang pelabuhan kota Batam. Tak ada gelap yang mampu melenyapkan,
selama nyala nyali kita dalam dekap kawanan. Berlima kita (barangkali lebih) di atas kapal barang, dari balik jendelanya, kau memandang gelombang berombak tenang,
mungkin kau bayangkan masing-masing kita serupa buih dibelah baling-baling kapal, rapuh saat lepas sendirian, maka kita menyatu; tenang menunang
lambung sampan juga kapal layar, andai ada yang sesumbar mencabar, alamat karam kita hantarkan, atau kita serupa gelembung, air asin menyublim
menuju awan-gemawan, kelak akan jatuh titik air, lalu deras menguyur bumi, tumbuhkan tunas-tunas, lengkung daun pakisan, begitulah kita bila kekal dalam janji, tatap tegar digegar uji.
Lampu-lampu sekoci, kelap-kelip cahaya dermaga menyambut kita; orang asing yang menapak jalanan petang peraduan, banyak upaya debu menghapus nama kita
sekian jarak tertempuh, telah berpuluh titik peluh menetes pun tak jua kita temukan, alat pengukur panjang senja yang menyepuh setiap muka,
namun kita yakin, bawa ingatan kita punya jari untuk mengenggam muasal janji, juga lengan yang selalu memanjang memeluk sepotong senja, lentur iringi umur menuju sunyi.
Tanjungpinang, 25/03/2017
RR.
0 komentar:
Posting Komentar