Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Sabtu, 21 Januari 2017

TARUNG TERANG DALAM LAMBUNG ABDI



KAU terang lambang abadi
aku tarung di lambung abedi




KUMANDANG AZAN BURUNG GEREJA

serapat apa pun kau tutup telinga
sekuat apa pun kau memekaktulikan ruang dengar
semakanan apapun kau sumpal mulutmulut lapar
sepasung apapun kau rantai rakaat sholat
aku burung gereja
takkan berhenti untuk azan
: hayya 'alasshalah
Badai angin menyamarkan dengar
terbangku kalangkabutan
tak bisu aku nyaring sarangkan
walau kecil sayapku ini
tak pernah lelah kepakkan roja
walau kau hapus hurufhuruf
zikir zakarku tawadhu khauf
inilah kumandang azanku                                                                                                                              gema suara burung gereja
memanggil jamaah burung gereja                                                                                                                 berhimpun dalam rapat safsaf siaga
sujud ini jarak terdekat
dengan yang Maha Kuat
inilah kumandang azanku
gema suara burung gereja
panggilan menuju kemenangan
sekuat apapun kau serang sarangsarangku
bertahan aku bertahan
walau kau anggap aku burung gereja
tapi aku lebih memilih azan di masjid                                                                                                             dan surau mereka
akulah burung gereja
membawa titah Tuhan
terarsir di deru mesin kota
sering mengintai di gereja
tapi di masjid azanku beroleh izin
akulah burung gereja
hinggap di celahcelah ventilasi udara
: hayya 'alal falah
 mari menuju kemenungan




BERPUTIK SAHAJAK ATAS MAKAM

di dermaga Sri Bintan Pura
aku menatap pulau Penyengat
tiada maksud menanti Raja Ali Haji
atau menaati titah yang gurindam:
gugur dalam rindu direndam dendam
batas berulang kali membujuk
nasib siapa yang akhirnya remuk
sesungguhnya demi masa
menjelma rupa penjaga dermaga
sesekali mirip penjaja tiket
tak bosan menawarkan sempat kesempatan
juga bangku panjang penantian
pada selembar tiket ini
tercatat destinasi
yang belum pernah dijejaki pijak
tujuan wisata abadi bagi Raja Ali Haji
menuai fiilnya memetik tsamarat
hurufhuruf harap
tujuan wisata angkasa keluh
bagi tanjung yang tergenang peluh
sayup kulihat seekor elang terbang
bermata awas atas gelombang
mendarat cepat menyambar
seekor ikan dalam laut ingatan
geleparnya membasahi
nun hurufhuruf
ghirah  juga kau pada sepotong impianku
sebuah pompong
perlahan menelan jarak
padanya tiada jendela dan juga pintu
sesuka hati penumpang boleh naik tak tentu lalu
sayang pelampung mengapung dalam asing ingatan
kalau tuan sejati gugur
tumbuh kembali di laman bunda
jambangan kata-kata gembur
bagai hilang beribu mekar
berputiklah sahajak sabar

Tanjungpinang, 09/01/2017


SELAMAT PAGI LAGI PEMUDA

Tanggal tanggal dari kalender, ia menciptakan tunggul, tanggul dan pagi lagi gila. Manusia jadi jam weker, cantolan baju, jadi kendaraan, lampu trafik, pintu kantor, pemberat lift yang turun naik vertikal.
“Itu pagi bagi mesin,” ucap matahari.
“Pagi jadi berhala,” ucap bulan.
“Pagi jadi zombie,” ucap hari.
Ia telungkup jadi keset kaki di depan pintu kantor cukong-cukong China. Layar gelap seketika.
*
“Itukah pagi yang ingin kita lalui?” sanggah detik pada detak jam dinding dingin.
Siapapun enggan menanggapi perihal sedemikan aneh.
Di kemudian masa depan belakang, maka tersebutlah di dalam kitab sejarah, ia angankan ada angin yang bisa di gambar telurtelur pemuda masa lalu yang menetas jadi Garuda. Hai pemuda masa kini, jaga telurtelurmu jangan sampai pecah!
Tanjungpinang, 28 Oktober 2016




BULAN SEPARUH

"Maksudmu yang ini?"
tanyaku sambil menunjuk lukisan
wajah manusia tampak separuh
dilukis dengan hitam siluet.
Ia mengiyakan.
"Kenapa selalu tampak samping?"
"Karena aku senang duduk di samping orang
ketimbang di hadapannya.
Dan buatku, setiap orang
teramat menarik jika
diketahui sebagian dari dirinya,
sebagian wajahnya.
Bagian lainnya bisa ia simpan
atau ia perlihatkan
pada orang lain
yang berada di sisi sana.
Aku sudah cukup puas
 melihat dari satu sisi,"
secangkir lemon tea,
disodorkannya padaku.






UNTUK RINTIH HUJAN MALAM INI

selalu saja ada huruf mati
gugur ke bumi, merasuk dalam puisi ini, merusak rapuh nama yang kau gores pada hamparan pasir pantai.
perlahan kian lebat harap menggenang meluapkan kenang, dingin begitu ganjil mengganjal dalam ingin, kau yang menari di lantai angan.
biarkan aku dibasahi hurufhuruf agar tumbuh sebatang tegap pohon rindu menjulang arasy-Mu, tersebab itu kita tergoda memanjat memetik buah doa dari puisi yang tabah kita rawat.
penantian ini pupuk bagi sunyi: pungut kapan agar hadir abadi.

Tanjungpinang, 24 -12-2016



SAMPIRAN MELULU

Sirih dipetik banyak orang
tumbuh sabar di dalam kampung
jasadnya titik di Tanjungpinang
ruhnya terhantar di Kota Bandung




SETAKAT RUMPUT

Aku rumput. Tiap kali hewan ternak lewat mulutnya tak tertahun selalu ingin mengunyahku, jadi daging di tubuhnya lalu tak lama jadi dagang di pasar raya. Kau menyukai daging yang kau pesan malam itu. Besoknya kau merengut mengetahui bobot tubuhmu bertambah-tambah, segaris risau menggelayut di wajahmu, kau benci padaku yang berubah jadi lemak di bawah kulit. Sekuat apapun kau mengatur program diet aku tak bisa lepas dari sekujur daramu. Syukuri hadirku walau gaib rasamu. Tadi aku melihatmu begitu menyerla di bawah terik 4 november 2016; aku takkan mati sebelum menyentuh tembam pipimu.






KHULDI
*
Kukenal dikau
lewat isyarat warna langit
sendu mendung mendukung hujan
luruh dan sembuh
basuh luka nan basah
dilembab rindu
ada sembah untuk Tuhan
yang maha indah
yang menguji Hawa
menggoda Adam
Khuldi telah ditelan,
tapi niat memuntahkanya
selalu terbit selama hayat
di kandang tenggorokan

*
aku hanya sebatang dagang
terpancang di tengah gelombang pasang
sedang dikau ditakdirkan bersayap
sewaktu waktu dapat terbang




0 komentar:

Posting Komentar