Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Senin, 26 Desember 2016

PADA HARI ITU BUMI MENCERITAKAN BERITANYA


punggung bumi bergetar melepas muak dari dalam    
secara tiba-tiba gelombang seismik gatal
kepundan koreng lava menganga menceritakan beritanya:
cacing lemah tak tahan lagi menggemburkan pesing tanah            
                                                                                               
subuh segak di pucuk menara masjid, menggema azan
ke seantero pidie jaya, bireuen, dan sebagian wilayah aceh
tak ada huruf  di hari itu yang mampu melawan Maha Kapital
rubuh segala angkuh beton ruko rumah tembok jembatan gemersang bangunan
tapi hanya ada satu bangunan yang tak akan ranap digegar titah cobaan iman
bangunan itu ada di belah hati palung jodoh kiri, rebah dahi menghina diri
tegaklah marwah walau enam koma empat magnitudo mengupas kelopak perih

seismometer bergetar vertikal lateral horizontal menggambar gelombang
yang terjadi selama gempa, mengukur garis-garis takdir dan menghitung besaran coba
betapa kerdil manusia dihadapan rahasia, tak punya kuasa menggenggam rawan
banyak yang  pecah pada tujuh desember dua ribu enam belas
vas bunga, berabotan mewah, deretan keangkuhan:
 kaget tumpah ruah dari kedudukan rapuhnya
berserak kelemahan insan memunguti remah-remah noda hati
menyusun lagi rumah keteduhan bagi iman di dada. pengakuan:
 ia basuh neraka dengan airmata sesal, tak pernah tunak berdiri ruku pada yang Kekal
jangan bibit tumbuh di kulit
suruk benam  rasa sakit
di wajah duka tak boleh lama
di hati mencairlah nestapa

Allah mencintai kita dengan cara di luar logika
inilah maksud bala menimpa:  agar pedih rintih
agar ratap harap hanya pada-Nya. Dengan bangga

Dia sebar berita tegarmu, sabarmu sebagai suri tauladan untuk
hati yang tahu alur jalan alir sungai kehidupan, menerjemahkan
seribu tanda untuk memulangkan cahaya pada Rahim pelita

Tanjungpinang, 26 Desember 2016

0 komentar:

Posting Komentar