PADA HARI ITU BUMI MENCERITAKAN BERITANYA
punggung bumi bergetar melepas muak dari dalam
secara tiba-tiba gelombang seismik gatal
kepundan koreng lava menganga menceritakan
beritanya:
cacing lemah tak tahan lagi menggemburkan pesing
tanah
subuh segak di pucuk menara masjid, menggema
azan
ke seantero pidie jaya, bireuen, dan sebagian
wilayah aceh
tak ada huruf di hari itu yang mampu melawan Maha Kapital
rubuh segala angkuh beton ruko rumah tembok
jembatan gemersang bangunan
tapi hanya ada satu bangunan yang tak akan
ranap digegar titah cobaan iman
bangunan itu ada di belah hati palung jodoh
kiri, rebah dahi menghina diri
seismometer bergetar vertikal lateral
horizontal menggambar gelombang
yang terjadi selama gempa, mengukur
garis-garis takdir dan menghitung besaran coba
betapa kerdil manusia dihadapan rahasia, tak
punya kuasa menggenggam rawan
banyak yang
pecah pada tujuh desember dua ribu enam belas
vas bunga, berabotan mewah, deretan
keangkuhan:
kaget
tumpah ruah dari kedudukan rapuhnya
berserak kelemahan insan memunguti remah-remah
noda hati
menyusun lagi rumah keteduhan bagi iman di
dada. pengakuan:
ia
basuh neraka dengan airmata sesal, tak pernah tunak berdiri ruku pada yang
Kekal
jangan bibit tumbuh di kulit
suruk benam rasa sakit
di wajah duka tak boleh lama
di hati mencairlah nestapa
Allah mencintai kita dengan cara di luar
logika
inilah maksud bala menimpa: agar pedih rintih
agar ratap harap hanya pada-Nya. Dengan
bangga
Dia sebar berita tegarmu, sabarmu sebagai
suri tauladan untuk
hati yang tahu alur jalan alir sungai
kehidupan, menerjemahkan
seribu tanda untuk memulangkan cahaya pada
Rahim pelita
Tanjungpinang, 26 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar